Sumber : SINDO
GRESIK(SINDO) – Mengantisipasi penumpukan penumpang di Pelabuhan Gresik, Administrator Pelabuhan (Adpel) Gresik mengerahkan KM Dharma Ferry II untuk mengangkut para penumpang ke Bawean.
Pasalnya, sampai saat ini Adpel masih melarang kapal penumpang Ekspres Bahari 8B dan KMP Dharma Kartika untuk berlayar. Kapal milik PT Dharma Lautan Utama itu diberangkatkan pada pukul 09.00 WIB dari Pelabuhan Gresik kemarin. Kapal tersebut mengangkut 556 orang penumpang dari total kapasitas 570 orang. Kapal tersebut juga mengangkut ratusan ton barang, baik makanan maupun minuman. Kapal tersebut diperkirakan mampu mengarungi 81 mil Gresik– Bawean dengan durasi 10 jam. Nantinya setelah sampai di Bawean, kapal tersebut akan langsung kembali ke Gresik dengan mengangkut ratusan penumpang yang sudah menunggu dua hari di Pelabuhan Bawean.
Kepala Adpel Gresik Abdul Azis mengatakan, pengoperasian kapal besar tersebut terpaksa dilakukan karena dua kapal reguler, KM EB 8-B yang terbuat dari fiberglass dan KM Dharma Kartika, tidak berani berlayar ke Bawean. Hal itu disebabkan ombak di perairan Gresik sampai kemarin mencapai ketinggian hingga 3,5 meter dan dorongan angin mencapai 20 knot. ”KM Dharma Ferry II kami pilih karena selain terbuat dari besi, kapal ini biasa melayari rute jauh dan melewati lautan. Menurut perhitungan kami,dengan ombak yang masih tinggi perlu sebuah kapal yang kuat dan besar untuk mengangkut penumpang dalam jumlah banyak.
Kapal ini mampu menahan serangan gelombang hingga ketinggian empat meter dan tetap melaju tenang,” ujarnya. Dia berharap, karena terbuat dari besi dan ukurannya besar, penumpang bersabar selama perjalanan. Sebab,kapal ini menempuh rute Bawean–Gresik sejauh 81 mil selama 10 jam. Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Gresik Agus Muljono menyatakan akan meminta PT Dharma Lautan Utama menyiagakan kapal besar ini sampai cuaca pelayaran Gresik–Bawean kembali normal. ”Agar penumpang tidak semakin menumpuk,kami meminta PT Dharma Lautan mengoperasikan kapal cadangannya sampai cuaca memungkinkan kapal reguler beroperasi kembali,”paparnya.
Di sisi lain, cuaca di perairan Gresik masih belum membaik.Adpel Gresik masih melarang kapal berbahan kayu dan fiberglassuntuk berlayar. Akibatnya, puluhan kapal kayu jurusan luar Jawa dan satu kapal penumpang, yakni Ekspress Bahari (EB) 8B, berlabuh di Dermaga Pelabuhan Gresik. ”Kami tidak melarang kapal kayu atau kapal berbahan fiberglass untuk meninggalkan Pelabuhan Gresik. Kami hanya mengimbau karena berdasarkan ramalan BMKG cuaca masih membahayakan untuk pelayaran,” tuturnya. Ditambahkan, berdasarkan ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim, Tanjung Perak, Surabaya, cuaca perairan Gresik masih tidak menentu.
Diperkirakan, sampai tiga hari ke depan tinggi gelombang Laut Jawa di sekitar Bawean dan Masalembu sekitar 2–3 meter. Sementara itu, dalam beberapa hari ini nelayan di Sidoarjo memilih untuk tidak melaut. Ini mereka lakukan dari pada harus menanggung risiko tenggelam di laut. Pasalnya, angin kencang yang berembus menyebabkan gelombang tinggi di pesisir timur Sidoarjo. Bahkan dalam tiga hari terakhir, terjadi gelombang tinggi lebih dari 3 meter dan cuaca buruk. Para nelayan pun banyak yang nganggur. “Gelombang tinggi,terutama saat sore hari.
Jadi, nelayan memilih menyandarkan perahunya dari pada diterjang ombak besar,”ungkap KetuaKelompokNelayanPutra Samudra, Desa Gisik Cemandi,Kecamatan Sedati,Syaiful Anam kemarin. (ashadi ik/abdul rouf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar