Gresik (ANTARA News) - Ratusan warga Pulau Bawean terlantar di Gresik, Jawa Timur, menyusul adanya larangan kapal berlayar ke pulau itu akibat kondisi cuaca di Laut Jawa yang tidak menentu.

"Sudah hampir sepekan ini kami menunggu kapal," kata Abdul Basit, warga Sangkapura, Bawean, saat ditemui di penginapan Pondok Hasan, Jalan Harun Thohir, Gresik, Senin malam.

Di penginapan itu terdapat puluhan warga Pulau Bawean yang kebanyakan para TKI/TKW dari Malaysia dan Singapura yang hendak pulang ke kampung halamannya untuk berbagai keperluan, seperti acara pernikahan atau mengunjungi anggota keluarga yang sedang sakit.

Menurut data dari sejumlah petugas resepsionis, di Pondok Hasan terdapat 50 warga Bawean, Penginapan Putri (65), Penginapan Wisata (40), Penginapan Happak Jee (32), Penginapan Putra Bawean (30), Hotel Bahagia (40), dan Hotel Putra Jaya (15).

"Kami sudah kehabisan bekal karena sudah hampir sepekan tidak ada kapal yang berlayar ke Bawean. Kami berharap besok sudah ada kapal yang diberangkatkan oleh Adpel Gresik ke Bawean," katanya.

Di penginapan Jalan Nyai Ageng Arem-arem, Gresik, juga terlihat dipenuhi warga Bawean. "Kami berharap besok bisa pulang," kata Muhammad Ashari (46), warga Deket Agung, Kecamatan Sangkapura.

Penundaan pemberangkatan kapal penumpang rute Gresik-Bawean hingga batas waktu yang tidak ditentukan berpengaruh pada membengkaknya biaya perjalanan.

"Saya bersama dua anak saya, setiap hari terpaksa mengeluarkan uang Rp200 ribu," kata Musafak (42) warga Tambak.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gresik, A. Muhajir, menyempatkan diri menemui warga Bawean yang masih tertahan di penginapan.

"Saya merasakan apa yang mereka alami saat ini," kata anggota Fraksi PKB asal Pulau Bawean itu.

Ia mendesak pemerintah daerah setempat turut mencarikan solusi bagi warga Pulau Bawean yang telantar. (M038/K004)